Al-Ahqaf - الاحقاف
Bukit Pasir - 35 ayat - MekahḤā mīm.
Ha Mim
tanzīlul-kitābi minallāhil ‘azīzil-ḥakīm(i).
Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
mā khalaqnas-samāwāti wal-arḍa wa mā bainahumā illā bil-ḥaqqi wa ajalim musammā(n), wal-lażīna kafarū ‘ammā unżirū mu‘riḍūn(a).
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Namun orang-orang yang kafir, berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka.
qul ara'aitum mā tad‘ūna min dūnillāhi arūnī māżā khalaqū minal-arḍi am lahum syirkun fis-samāwāt(i), i'tūnī bikitābim min qabli hāżā au aṡāratim min ‘ilmin in kuntum ṣādiqīn(a).
Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah (kepadaku) tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu orang yang benar.”
wa man aḍallu mimmay yad‘ū min dūnillāhi mal lā yastajību lahū ilā yaumil-qiyāmati wa hum ‘an du‘ā'ihim gāfilūn(a).
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
wa iżā ḥusyiran-nāsu kānū lahum a‘dā'aw wa kānū bi‘ibādatihim kāfirīn(a).
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya.
wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā bayyinātin qālal-lażīna kafarū lil-ḥaqqi lammā jā'ahum, hāżā siḥrum mubīn(un).
Dan apabila mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang kafir berkata ketika kebenaran itu datang kepada mereka, “Ini adalah sihir yang nyata.”
am yaqūlūnaftarāh(u), qul iniftaraituh(ū), falā tamlikūna lī minallāhi syai'ā(n), huwa a‘lamu bimā tufīḍūna fīh(i), kafā bihī syahīdam bainī wa bainakum, wa huwal-gafūrur-raḥīm(u).
Bahkan mereka berkata, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur'an).” Katakanlah, “Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tidak kuasa sedikit pun menghindarkan aku dari (azab) Allah. Dia lebih tahu apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur'an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antara aku dengan kamu. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
qul mā kuntu bid‘am minar-rusuli wa mā adrī mā yuf‘alu bī wa lā bikum, in attabi‘u illā mā yūḥā ilayya wa mā ana illā nażīrum mubīn(un).
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
qul ara'aitum in kāna min ‘indillāhi wa kafartum bihī wa syahida syāhidum mim banī isrā'īla ‘alā miṡlihī fa āmana wastakbartum, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku, bagaimana pendapatmu jika sebenarnya (Al-Qur'an) ini datang dari Allah, dan kamu mengingkarinya, padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur'an lalu dia beriman, kamu menyombongkan diri. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
wa qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū lau kāna khairam mā sabaqūnā ilaih(i), wa iż lam yahtadū bihī fasayaqūlūna hāżā ifkun qadīm(un).
Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Sekiranya Al-Qur'an itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului kami (beriman) kepadanya.” Tetapi karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata, “Ini adalah dusta yang lama.”
wa min qablihī kitābu mūsā imāmaw wa raḥmah(tan), wa hāżā kitābum muṣaddiqul lisānan ‘arabiyyal liyunżiral-lażīna ẓalamū, wa busyrā lil-muḥsinīn(a).
Dan sebelum (Al-Qur'an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan (Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
innal-lażīna qālū rabbunallāhu ṡummastaqāmū falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.
ulā'ika aṣḥābul-jannati khālidīna fīhā, jazā'am bimā kānū ya‘malūn(a).
Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
wa waṣṣainal-insāna biwālidaihi iḥsānā(n), ḥamalathu ummuhū kurhaw wa waḍa‘athu kurhā(n), wa ḥamluhū wa fiṣāluhū ṡalāṡūna syahrā(n), ḥattā iżā balaga asyuddahū wa balaga arba‘īna sanah(tan), qāla rabbi auzi‘nī an asykura ni‘matakal-latī an‘amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a‘mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurriyyatī, innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn(a).
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.”
ulā'ikal-lażīna nataqabbalu ‘anhum aḥsana mā ‘amilū wa natajāwazu ‘an sayyi'atihim fī aṣḥābil-jannah(ti), wa‘daṣ-ṣidqil-lażī kānū yū‘adūn(a).
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
wal-lażī qāla liwālidaihi uffil lakumā ata‘idāninī an ukhraja wa qad khalatil qurūnu min qablī, wa humā yastagīṡānillāha wailaka āmin, inna wa‘dallāhi ḥaqq(un), fayaqūlu mā hāżā illā asāṭīrul-awwalīn(a).
Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Ah.” Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu? Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya berkata), “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah itu benar.” Lalu dia (anak itu) berkata, “Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu.”
ulā'ikal-lażīna ḥaqqa ‘alaihimul-qaulu fī umamin qad khalat min qablihim minal-jinni wal-ins(i), innahum kānū khāsirīn(a).
Mereka itu orang-orang yang telah pasti terkena ketetapan (azab) bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari (golongan) jin dan manusia. Mereka adalah orang-orang yang rugi.
wa likullin darajātum mimmā ‘amilū, wa liyuwaffiyahum a‘mālahum wa hum lā yuẓlamūn(a).
Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan balasan amal perbuatan mereka dan mereka tidak dirugikan.
wa yauma yu‘raḍul-lażīna kafarū ‘alan-nār(i), ażhabtum ṭayyibātikum fī ḥayātikumud-dun-yā wastamta‘tum bihā, fal-yauma tujzauna ‘ażābal-hūni bimā kuntum tastakbirūna fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa bimā kuntum tafsuqūn(a).
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), “Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang (menikmati)nya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah).”
ważkur akhā ‘ād(in), iż anżara qaumahū bil-aḥqāfi wa qad khalatin-nużuru mim baini yadaihi wa min khalfihī allā ta‘budū illallāh(a), innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin ‘aẓīm(in).
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir dan sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata), “Janganlah kamu menyembah selain Allah, aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab pada hari yang besar.”
qālū aji'tanā lita'fikanā ‘an ālihatinā fa'tinā bimā ta‘idunā in kunta minaṣ-ṣādiqīn(a).
Mereka menjawab, “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami jika engkau termasuk orang yang benar.”
qāla innamal ‘ilmu ‘indallāh(i), wa uballigukum mā ursiltu bihī wa lākinnī arākum qauman tajhalūn(a).
Dia (Hud) berkata, “Sesungguhnya ilmu (tentang itu) hanya pada Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang diwahyukan kepadaku, tetapi aku melihat kamu adalah kaum yang berlaku bodoh.”
falammā ra'auhu ‘āriḍam mustaqbila audiyatihim, qālū hāżā ‘āriḍum mumṭirunā, bal huwa masta‘jaltum bih(ī), rīḥun fīhā ‘ażābun alīm(un).
Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
tudammiru kulla syai'im bi'amri rabbihā fa'aṣbaḥū lā yurā illā masākinuhum, każālika najzil-qaumal-mujrimīn(a).
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
wa laqad makkannāhum fīmā im makkannākum fīhi wa ja‘alnā lahum sam‘aw wa abṣāraw wa af'idah(tan), famā agnā ‘anhum sam‘uhum wa lā abṣāruhum wa lā af'idatuhum min syai'in iż kānū yajḥadūna bi'āyātillāhi wa ḥāqa bihim mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman) azab yang dahulu mereka perolok-olokkan telah mengepung mereka.
wa laqad ahlaknā mā ḥaulakum minal-qurā wa ṣarrafnal-āyāti la‘allahum yarji‘ūn(a).
Dan sungguh, telah Kami binasakan negeri-negeri di sekitarmu dan juga telah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami), agar mereka kembali (bertobat).
falau lā naṣarahumul-lażīnattakhażū min dūnillāhi qurbānan ālihah(tan), bal ḍallū ‘anhum, wa żālika ifkuhum wa mā kānū yaftarūn(a).
Maka mengapa (berhala-berhala dan tuhan-tuhan) yang mereka sembah selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Dan itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
wa iż ṣarafnā ilaika nafaram minal-jinni yastami‘ūnal-qur'ān(a), falammā ḥaḍarūhu qālū anṣitū, falammā quḍiya wallau ilā qaumihim munżirīn(a).
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!” Maka ketika telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
qālū yā qaumanā innā sami‘nā kitāban unzila mim ba‘di mūsā muṣaddiqal limā baina yadaihi yahdī ilal-ḥaqqi wa ilā ṭarīqim mustaqīm(in).
Mereka berkata, “Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
yā qaumanā ajībū dā‘iyallāhi wa āminū bihī yagfir lakum min żunūbikum wa yujirkum min ‘ażābin alīm(in).
Wahai kaum kami! Terimalah (seruan) orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
wa mal lā yujib dā‘iyallāhi falaisa bimu‘jizin fil-arḍi wa laisa lahū min dūnihī auliyā'(u), ulā'ika fī ḍalālim mubīn(in).
Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksa Allah di bumi padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”
awalam yarau annallāhal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa lam ya‘ya bikhalqihinna biqādirin ‘alā ay yuḥyiyal-mautā, balā innahū ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah; sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
wa yauma yu‘raḍul-lażīna kafarū ‘alan-nār(i), alaisa hāżā bil-ḥaqq(i), qālū balā wa rabbinā, qāla fażūqul-‘ażāba bimā kuntum takfurūn(a).
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang yang kafir dihadapkan kepada neraka, (mereka akan ditanya), “Bukankah (azab) ini benar?” Mereka menjawab, “Ya benar, demi Tuhan kami.” Allah berfirman, “Maka rasakanlah azab ini disebabkan dahulu kamu mengingkarinya.”
faṣbir kamā ṣabara ulul-‘azmi minar-rusuli wa lā tasta‘jil lahum, ka'annahum yauma yarauna mā yū‘adūn(a), lam yalbaṡū illā sā‘atam min nahār(in), balāg(un), fahal yuhlaku illal-qaumul-fāsiqūn(a).
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).